Husnul Khotimah
Setiap orang pasti menginginkan berada pada akhir kehidupan yang baik (husnul khotimah), bukan pada yang buruk (su’ul khotimah). Husnul khotimah pun menjadi dambaan dan rintihan doa orang-orang yang beriman yang hatinya condong pada akhirat. Menyadari bahwa hidup didunia ini cuma singgah dan sebentar saja, janganlah kita mudah terpana oleh gemerlap tipu daya dunia, dan menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pasti akan musnah.
Apapun yang kita miliki di dunia ini tidak akan kita bawa. Bila kembali menghadap Allah SWT, yang kita bawa hanyalah amal perbuatan selama hidup di dunia. Karena itu, mari kita selalu berusaha menjaga hati, pikiran dan semua gerak langkahnya di dunia ini, agar tetap berada dalam keimanan terhadap Allah Subhanahu Wata'ala dan menjauhi, menghindari segala macam bentuk dosa dan maksiat. Isi hari-hari yang kita lalui dengan mengingat Allah, karena dengan selalu mengingat Allah lah dapat melindungi dan membentengi diri kita dari segala macam godaaan hawa nafsu dan setan yang selalu berusaha memperdayanya untuk melakukan dosa dan maksiat.
Bagi orang beriman, kematian adalah pintu perjumpaan dengan Allah. Dan siapa saja yang suka berjumpa / bertemu dengan Allah, maka Allah pun akan menyukai pertemuan/perjumpaan dengannya. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah Subhanahu Wata'ala berfirman : Apabila hamba-Ku senang untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun senang untuk bertemu dengannya. Dan jika dia tidak suka untuk bertemu dengan-Ku, Aku pun tidak suka untuk bertemu dengannya.” (HR. Imam Malik, hadits shahih).
Aisyah r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga senang untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa benci untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga benci untuk bertemu dengannya.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan benci untuk bertemu dengan Allah adalah membenci kematian? Setiap kita membenci kematian.” Nabi menjawab, “Bukan seperti itu, melainkan orang mukmin ketika mendapatkan kabar gembira bahwa ia memperoleh rahmat, ridho, dan surga Allah, maka ia senang untuk bertemu dengan Allah. Allah pun senang untuk bertemu dengannya. Adapun orang kafir ketika mendapatkan kabar gembira bahwa ia akan mendapatkan azab dan murka Allah, maka ia benci untuk bertemu dengan Allah. Allah pun benci untuk bertemu dengannya.” (HR. Muslim).
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat Maut diutus untuk mencabut nyawa Nabi Musa a.s. Ketika Malaikat Maut tiba di hadapan Nabi Musa, Nabi Musa langsung memukul mata Malaikat Maut. Kemudian Malaikat Maut kembali menghadap Tuhannya seraya berkata, ”Engkau mengutusku kepada seorang hamba yang tidak mau mati.” Allah berkata, ‘Kembalilah dan katakan kepadanya agar ia meletakkan tangannya pada bulu sapi jantan. Maka setiap helai bulu yang ditutupi oleh tangannya berarti satu tahun.’ Musa berkata, ‘Wahai Tuhan, setelah itu?’ Allah menjawab, ”Kematian.” Musa berkata, ‘Saat iniah waktu kematian itu.’ Kemudian Musa memohon kepada Allah agar ia dimakamkan di dekat Baitul Maqdis, sejauh lemparan batu.’” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Seandainya aku berada di sana, aku pasti akan memperlihatkan kepada kalian kuburannya yang terletak di samping jalan di kaki bukit berpasir merah.’” (HR. Bukhari).
Pada umumnnya semua manusia tahu, bahwa suatu saat pasti akan mati. Tetapi yang aneh sebagian dari kita masih tetap ada yang lalai mempersiapkan bekal sebelum mati. Sebagian dari kita ada yang masih terus berbuat dosa dan maksiat. Walaupun sudah tahu dan sadar, bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan dosa dan maksiat, tapi tetap terus menerus melakukannya. Istilahnya sadar sih sadar bahwa yang diperbuatnya itu dosa, tapi tidak insyaf dan tidak segera bertobat. Padahal kematian bisa terjadi kapan saja, setiap saat, setiap waktu, baik itu saat seseorang sedang dalam ketaatan atau kemaksiatan. Dan sungguh pasti akan sangat menyesalnya manusia, apabila kematian datang menjemputnya, selagi dalam keadaan maksiat dan berbuat dosa. Maka bukannya husnul khotimah yang akan diraihnya, melainkan su’ul khotimah, na'udzubillah.
Tanda lain dari husnul khatimah adalah mati di saat menjalankan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan shalat, atau puasa, atau haji, umrah atau dalam keadaan berjihad di jalan Allah atau dalam dakwah kepada Allah. Dan barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal shalih kemudian mencabut nyawanya.
Sedangkan tanda orang yang mati dalam keadaan su’ul khatimah, apabila orang tersebut mati dalam kesyirikan, atau meninggalkan shalat dengan meremehkan perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, begitupula mereka yang mati saat sedang melakukan perbuatan-perbuatan keji seperti dalam keadaan mabuk khamr (miras) dan narkoba.
Sedangkan bagi orang yang mengisi waktu hidupnya di dunia dengan ketaatan, menjauhi maksiat dan selalu mengingat Allah, selalu merindukan perjumpa'an dengan Allah, maka ia adalah orang yang sangat beruntung, karena pada waktu ia diwafattkan, ia akan disapa oleh malaikat dan diberitahu tentang surga. Ini seperti yang tertulis dalam firman-Nya sebagai berikut: ”(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka) : “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An Nahl : 32).
Agar Selamat dari Su’ul Khotimah
Ibnu Katsir rahimahullah kembali melanjutkan penjelasannya:
“Su’ul khotimah (akhir hidup yang jelek)—semoga Allah melindungi kita darinya—tidaklah terjadi pada orang yang secara lahir dan batin itu baik dalam bermuamalah dengan Allah Subhanahu Wata'ala. Begitu pula tidak akan terjadi pada orang yang benar perkataan dan perbuatannya. Keadaan semacam ini tidak pernah didengar bahwa orangnya mati dalam keadaan su’ul khotimah sebagaimana kata ‘Abdul Haq Al Isybili. Su’ul khotimah akan mudah terjadi pada orang yang rusak batinnya dilihat dari i’tiqod (keyakinannya) dan rusak lahiriahnya. Su’ul khotimah lebih mudah terjadi pada orang yang terus menerus dalam dosa besar dan lebih menyukai maksiat. Akhirnya ia terus menerus dalam keadaan berlinang dosa semacam tadi sampai maut menjemput sebelum ia bertaubat.”
Jika telah mengetahui hal ini dan tidak ingin kehidupan kita berakhir buruk sebagaimana kisah-kisah yang telah kami utarakan di atas, maka sudah sepantasnya kita menyegerakan taubat terhadap semua dosa yang kita perbuat, baik itu dosa kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat.
Selagi masih diberi kesempatan, selagi masih diberi nafas, mari kita bertaubat dan kembali taat pada-Nya. Lakukan kewajiban, sempurnakan dengan amalan sunnah. Jauhi maksiat dan berbagai hal yang makruh. Jangan sia-siakan waktu, teruslah isi dengan kebaikan. Semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khotimah dan menjauhkan kita dari akhir hidup yang jelek, su’ul khotimah.
Amin Yaa Mujibas Saailin.




0 Response to "Husnul Khotimah"