Hikmah Dibalik Musibah

Islam telah mengajarkan bagaimana menyikapi musibah yaitu dengan bersabar, karena hal itu baik bagi kita karena dengan kesabaran, kita berharap Allah mengampuni dosa-dosa kita. Jika mendapat anugerah kita harus menyikapinya dengan bersyukur, dan itu juga baik bagi kita. Dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, Insya Allah, Allah akan menambah nikmat kepada orang tersebut dan barang siapa kufur, sesungguhnya azab Allah sangat pedih.

Kebanyakan orang lebih mudah untuk bersyukur tatkala menerima anugerah dan kenikmatan dibandingkan bersabar saat sedang diuji dengan musibah. Ada sebagian orang menjadi putus asa dengan ujian berupa musibah dan memandang musibah adalah sesuatu yang harus dihindari. Dengan doa, Insya Allah akan menolak musibah yang akan terjadi, namun jika musibah sedang menimpa atau telah menimpa diri kita, kita harus berusaha menyikapi dengan sabar dan mengambil hikmah dibalik musibah tersebut.

Musibah sering dipandang sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan, sesuatu yang menyedihkan dan lain sebagainya. Namun jika kita renungkan sedikit ternyata banyak hal yang pada mulanya kita anggap sebagai musibah pada akhirnya menjadi sebuah berkah bagi yang mengalaminya. Hikmah di balik musibah tersebut ada yang kita sadari, namun banyak juga yang kita lewatkan begitu saja. Ibarat murid disekolah, mereka akan naik kelas setelah lulus ujian, demikian pula Allah akan menguji hamba-Nya yang beriman dan akan mengangkat derajat dengan balasan di dunia dan di akherat.

Bagi seorang mukmin tentu meyakini bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena kehendak Allah Subhanahu Wata'ala, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang tidak kita inginkan sepatutnya menjadi bahan muhasabah atau tazkirah (peringatan) apa sebenarnya yang sedang Allah rencanakan untuk kita.

Membahas mengenai musibah, secara definisi sebenarnya adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, baik seseorang itu kafir maupun mukmin. Jika musibah menimpa orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia), sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. As Sajdah, 32 : 21).

Dalam al-Qur’an, ada tiga terminologi yang menunjuk makna musibah: musibah, bala’ dan `adzab. Adzab lebih banyak digunakan untuk menyatakan siksaan dan hukuman Tuhan terhadap para pendosa dan orang-orang yang melampaui batas. Adzab hanya ditujukan kepada para pendosa, sedangkan orang yang baik-baik luput dari adzab itu. Sedangkan musibah dan bala lebih banyak digunakan untuk menyatakan ujian dan penderitaan kepada orang-orang, baik kepada para pendosa maupun kepada orang yang baik-baik.

Namun, jika menimpa orang yang mukmin, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau cobaan". Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.

Jika yang menimpa orang kafir itu adzab. Seperti banjir Nabi Nuh. Yang selamat hanya orang beriman yang mengikuti ajaran Nabi Nuh. Kaum Nabi Luth hancur tapi orang yang shaleh selamat. Nabi Shaleh yang ditimpa wabah penyakit yang mengerikan aneh sekali yang beriman walaupun rumahnya bersebelahan tidak terkena penyakit sedangkan yang kafir dimusnahkan oleh penyakit yang mengerikan. Pasukan Abrahah hancur lebur karena diadzab Allah dengan batu yang dilontarkan oleh burung Ababil tetapi di tempat di sekitarnya tidak apa-apa. Adalagi wabah semua yang memakan daging unta Nabi Shaleh dan Nabi Syuaib semuanya kena virus, tapi yang tidak makan tidak kena virus. Jadi, memang adzab itu ditujukan kepada orang-orang yang memang durhaka.

Perbedaan antara musibah dan bala hanya terletak pada skalanya. Musibah skalanya lebih besar dan lebih luas, sedangkan bala skalanya lebih terbatas dan umumnya bersifat personal. Sebab musabab musibah terkadang sulit dijelaskan karena lebih banyak bersifat makro dan akumulatif, sedangkan bala lebih banyak bersifat mikro dan kasuistik, misalnya kecerobohan seseorang berpotensi mendatangkan bala.

Kalau musibah, itu lebih bersifat ujian untuk menguji ketebalan iman kita. Tapi itu tingkatnya lebih massif (tidak memilih agama, warna kulit, jenis kelamin apapun). Sedangkan bala’ itu lebih bersifat individual dan mekanikal sifatnya. Karena itu yang ditimpa bukan hanya yang beriman saja. Di situ ada yang durhaka, pendosa dan juga menimpa kepada mereka yang beriman. Kalau musibah itu unsur-unsur dimensinya lebih bersifat positif sedangkan adzab agak negatif.

Hal inilah yang menjadikan seoarang mukmin itu senantiasa berpikir positif dan optimis dalam mengarungi kehidupannya, sekalipun harus menghadapi berbagai ujian, atau kenyataan paling pahit dalam hidupnya, ia tidak akan mudah patah dan berputus asa . Karena ia yakin bahwa setiap kejadian pastilah sudah dalam kehendak dan takdir Allah Subhanahu Wata'ala.

Bagaimana kita harus menyikapi musibah ?
  • Segala peristiwa ini semua adalah semata-mata ujian dari sang Maha Kuasa atas seluruh alam semesta ini, dan ketika kita bisa melaluinya maka Allah akan menaikkan derajat keimanan kita. Sabda Rasulullah SAW, ”Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu.” (HR Bukhari Muslim).
  • Semua ujian haruslah kita hadapi dengan kesabaran,karena kesabaran adalah sebuah tanda lulusnya sebuah ujian, seperti pada sebuah hadis : ”Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu membawa kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya.” (Al-Hadis).
  • Seberat apapun ujian yang berupa musibah di alam raya ini, kita yakin Allah pasti sudah proprosional dalam mengujinya dan tidak akan melebihi dari kesanggupan dalam menjalaninya bagi orang yang tertimpa.”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah (2): 286.
  • Apapun bentuk musibah yang di derita oleh seorang muslim,baik itu berupa kesususahan, penderitaan maupun penyakit, Allah akan menghapus sebagian kesalahan dan dosa, dengan demikian derajat para korban bencana akan mulia, bagi yang meninggal dunia dia akan mati syahid dan bagi yang masih hidup tentunya dengan kesabaran atas penderitaan itu Allah akan hapus sebagian kesalahan dan dosa dosanya.
  • Bagi kita yang tidak secara langsung mengalami musibah itu, hendaknya kita jadi peristiwa itu sebagai momentum untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan menguatkan iman kita pada sang pencipta alam semesta.


Musibah dan anugerah, sukses dan gagal, jika diibaratkan dalam perjalanan di kereta api, bisa saja seperti pemandangan kiri kanan rel, sawah hijau membentang, gunung-gunung tinggi menjulang, air mengalir, pohon-pohon, dan kadang pula menemui bebatuan terjal, sambungan rel yang renggang, yang sedikit mengurangi kenyamanan, namun kita tidak terlena dengan keadaan di sekitar perjalanan, itu bukanlah tujuan, tetapi hanya pemandangan sekejap, tujuannya adalah suatu tempat stasiun/kota yang masih jauh di seberang sana.

Demikian pula, musibah dan anugerah, gagal dan berhasil dalam kehidupan adalah sebagai bumbu pemanis dalam mengarungi bahtera kehidupan, tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah atau Tuhan kita dalam keadaan yang diridhai, dan kebahagian yang tiada akhir.

Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya. Musibah bukan sekedar peristiwa alamiah biasa tetapi juga merupakan peringatan untuk kita kembali kepada Allah. Jadi, musibah harus dimaknai: pertama, pembersih dosa masa lampau. Kedua, pembelajaran buat kita supaya langkah-langkah kita ke depan jangan mengulangi yang salah sehingga jatuh di lubang yang sama. Ketiga, penghayatan, pendalaman, pemahaman, terhadap musibah sangat penting agar kita bisa menghadapi dengan lega dan tidak putus asa.

Wallahu A’lam.

Sumber: http://www.pesantrenvirtual.com

0 Response to "Hikmah Dibalik Musibah"