Mengapa Harus Istighfar ?
Pernahkah kita coba mencatat kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, sejak bangun tidur hingga ke tidur lagi, baik yang dilakukan sendiri maupun melaui perantara orang lain ? Tentunya kita akan menemukan kesalahan atau dosa yang tak terhitung jumlahnya. Para malaikat penjaga diberi tugas khusus oleh Allah سبحانه وتعالى untuk mencatat setiap amal perbuatan manusia, niat yang terbersit dalam hati, maupun lafaz yang terucap. Sungguh Allah Maha Mengetahui atas segala apa yang kita lakukan. Meskipun kita tidak melihat-Nya, akan tetapi Dia senantiasa mengawasi kita. Dia lebih dekat dari urat nadi kita.Memang, manusia itu tempatnya salah dan lupa. Dari salah dan lupa inilah dijadikan sebagai dalih untuk melakukan dosa, baik dosa kepada Allah maupun dosa kepada sesama makhluk. Sebenarnya, salah itu bisa menjadi benar ketika seseorang mengetahui bagaimana cara supaya tidak melakukan kesalahan. Misalnya saja, seseorang yang belum tahu bagaimana cara berwudlu yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam (ilmu fiqih), lalu ia tidak mau belajar kepada ustadz atau membaca buku yang berkaitan dengan hal tersebut—maka kemungkinan besar ia akan terjerumus dalam perbuatan salah. Ini sungguh tidak bisa ditolerir. Lantas bagaimana? Ya tentunya, Ia harus belajar bagaimana cara berwudlu yang baik, baik dengan cara mendatangi seorang guru mengaji atau guru agama Islam yang dianggap mampu mengajarkannya.
Bagaimana kalau Lupa!
Lupa bisa diantisipasi supaya kita tidak lupa. Karena lupa ini sungguh sangat disayangkan dan bisa membuat fatal suatu aktivitas. Apalagi bagi para pencari ilmu, lupa ini akan menjadi bencana yang bisa menjadikan seorang thalib kewalahan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, mahasiswa yang mengerjakan ujian semester di kampusnya. Pada umumnya, kebanyakan mereka belajar dengan sistem SKS (Sinau Kebut Semalam)—sampai tiba di tempat duduknya, Lupa. Ya, ia benar-benar lupa dan tidak bisa mengingat materi yang sudah dibacanya semalaman. Dicoba mengingat-ingatnya lagi pun tidak sampai, padahal jauh-jauh hari sebelumnya—seharusnya ia sudah belajar dengan tekun, mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian semester dan berani mengalahkan keinginan (syahwat) bermain dengan teman-temannya.
Namun, ia memilih bergaul dengan teman mainnya sehingga ia harus menanggung akibat yang cukup berat yaitu belajar semalaman dan lupa di ruang kelas. Belum lagi kalau nilai ujiannya jelek, ia harus mengulangnya pada tahun depan. Sungguh sangat disayangkan, betapa sedih kedua orang tuanya bila mengetahui hal demikian. Apakah belajar itu hanya dianggap sebagai permainan saja? Mari introspeksi diri kita masing-masing!
Nah, inilah dua hal yang bisa menimbulkan dosa pada diri manusia. Menyakiti kedua orang tua sama halnya menyakiti Allah. Karena pada hakikatnya kebencian orang tua kita, sama halnya bencinya Allah kepada kita, Dia lah dzat yang telah menciptakan kita dan keduanya. Sehingga Allah سبحانه وتعالى memerintahkan kepada kita semua untuk memohon maaf, memohon ampun alias beristighfar. Hal ini bisa kita lakukan minimal sehabis shalat fardhu lebih-lebih selesai dari shalat tahajud (Qiyamul lail). Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم memang harus kita akui, beliau adalah seorang hamba yang sangat pandai bersyukur. Sudah dijamin akan syurga nya Allah, akan tetapi masih saja beliau memohon ampun (beristighfar) kepada-Nya setiap harinya sebanyak seratus kali. Bagaimana dengan kita?
Apabila kita mampu melakukan seperti apa yang dilakukan oleh beliau, maka hal itu akan berdampak kebaikan yang kembali pada diri kita masing-masing. Dengan beristighfar; dosa kita akan diampuni oleh Allah, akan mendatangkan rejeki yang tiada disangka-sangka dan akan melapangkan kita dari berbagai kesulitan duniawi. Dengan kata lain kita akan diberikan jalan keluar atas problematika kehidupan yang kita hadapi.
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Bacalah oleh kalian Sayyidul Istighfar:
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Barang siapa membacanya pada siang hari dalam keadaan yakin, kemudian ia meninggal pada siang itu, sebelum sore, maka dia adalah ahli surga. Barang siapa membacanya pada malam hari dalam keadaan yakin , lalu meninggal sebelum subuh, maka ia adalah ahli surga.” [H.R. Bukhari, al-Nasa’i dll.]
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Bacalah oleh kalian Sayyidul Istighfar:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ.
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhan hamba, tiada tuhan yang wajib disembah melainkan Engkau. Engkaulah yang menciptakan hamba dan hamba adalah penyembah-Mu. Hamba berada dalam janji hamba kepada-Mu (untuk beriman dan ikhlas dalam beribadah) semampu hamba. Hamba berlindung kepada-Mu dari kejelekan dosa-dosa yang telah hamba lakukan. Hamba mengakui nikmat yang telah Engkau berikan kepada hamba. Hamba mengakui dosa-dosa hamba. Maka ampunilah hamba, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Barang siapa membacanya pada siang hari dalam keadaan yakin, kemudian ia meninggal pada siang itu, sebelum sore, maka dia adalah ahli surga. Barang siapa membacanya pada malam hari dalam keadaan yakin , lalu meninggal sebelum subuh, maka ia adalah ahli surga.” [H.R. Bukhari, al-Nasa’i dll.]
Semoga Allah سبحانه وتعالى senantiasa mencurahkan hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Dengan demikian kita akan bisa merasakan betapa nikmatnya anugrah dan karunia-Nya. Kenikmatan-kenikmatan yang kita rasakan yang berupa kehidupan jiwa dan raga kita, tarikan dan hembusan nafas serta tetapnya Islam dan Iman dalam dada.
امين يا رب العالمين
امين يا رب العالمين




0 Response to "Mengapa Harus Istighfar ?"